Senin, 22 Oktober 2012

Makna Insya Allah

"Insya Allah."
Mungkin kata ini sering kita gunakan saat kita membuat janji, menerima undangan, atau hal-hal lain yang bersifat ajakan. Trus gimana arti sebenernya dari kata "Insya Allah"?

Kata Insya Allah berasal dari bahasa arab yang berarti
"Jika Allah menghendaki". Kata ini punya kaitan dengan kata Kun Fa Ya Kun yang berarti "Jika terjadi, terjadilah". Lho trus apa hubungannya? Kata Insya Allah adalah perantara dari Kun Fa Ya Kun. Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi pasti hal itu akan terjadi juga khan?

Ane ceritain kisah Zaman Rasulullah tentang makna Insya Allah.


Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad. 

Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."

Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".

Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah". (QS al-Kahfi [18]:23-24).

Dalam kesempatan ini, Jibril juga menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian, yakni Ashabul Kahfi (18:9-26); seorang pengembara, yakni Dzulqarnain (18:83-101); dan perkara roh (17:85).

Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.

Itu dia ceritanya. Bagus nggak? Ini bukan bagus apa nggak suatu ceritanya, tapi tentang isi cerita ini. Cerita ini mempunyai pesan kalo kita jangan memastikan sesuatu apapun kecuali ada menghubungkannya kehendak Allah SWT.

Pada Zaman dahulu saat Zaman Rasulullah, para sahabat, kerabat, para jumhur ulama masih memiliki pengaruh kuat dizaman itu, kata Insya Allah berarti suatu kepastian akan datang kecuali kehendak Allah yang tidak menghendaki suatu pertemuan atau janji tertentu.

Trus gimana nasib kata Insya Allah di masa sekarang? Kalo menurut ane sich kata Insya Allah diucapkan seseorang agar orang lain tidak kecewa karena jawabannya daripada mengatakan tidak. Padahal orang yang mendapat jawaban tersebut akan menunggu kedatangan kita atau janji kita.

Mulai sekarang kata Insya Allah kita ucapkan bila ingin mendatangi atau menepati janji kita. Jika kata Insya Allah kita ucapkan tanpa ada niat untuk melakukannya. Maka kita sudah berbuat dosa berganda.  Pertama karena menyalahgunakan kehendak-Nya, kedua membohongi diri sendiri, dan ketiga membohongi orang yang mendapat jawaban Insya Allah dari kita.

Semoga postingan ini Insya Allah bisa bermanfaat. Ane minta maaf kalo postingan ini ada yang salah. Karena  manusia adalah tempatnya salah. Seperti biasa tunggu postingan ane selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar